Masuk

8.08.2012

Anak Ku Polidaktili, Tapi Tak Apa....


Anak Ku Polidaktili, Tapi Tak Apa....

Matahari pagi menelusup dari celah-celah jendela bangsal kelas tiga. Sejumlah perawat berpakaian putih tampak lalu lalang di koridor, namun belum satu pun mampir ke bangsal itu. Seorang perempuan dengan kandungan sembilan bulannya beringsut perlahan, meraih sehelai handuk merah jambu. Sekantung peralatan mandi dan baju bersih sudah di tangannya. Perlahan ia melangkah ke kamar mandi. Langkahnya terhenti oleh ucapan tiba-tiba dari arah pintu bangsal, "Bu, nanti sewaktu mandi, pintu kamarnya jangan dikunci, ya." Perempuan itu menoleh dan didapatinya seorang perawat separuh baya dengan setumpuk rekam medis didekap di dada. "Iya, Sus", jawab perempuan itu singkat seraya meneruskan langkahnya.


*** 
Belum sempat ia melepas dasternya ketika rasa mulas bergejolak di rahimnya. Ia tahu ini adalah saatnya karena bukan sekali ini saja ia mengandung. Ia tidak pernah bisa lupa meskipun masa itu telah berlalu tujuh tahun silam, ketika ia melahirkan anak sulungnya ke dunia. Ia pun bergegas kembali ke bangsal, membatalkan niat mandinya. Perawat separuh baya tadi tahu seketika bahwa memang sudah saatnya. Pengalaman bertahun-tahun membuat rasa paniknya hilang. Dengan cekatan ia membantu perempuan itu duduk di ranjang lalu memanggil bidan.

*** 
Seorang bayi laki-laki mungil lahir sesuai harapan. Tiada cacat dan tiada cela. Malah Tuhan menganugerahkan satu kelebihan pada fisiknya, yang secara medis disebut polidaktili*. Perempuan itu takjub melihat kondisi bayinya, namun kemudian tidak mempermasalahkan hal itu. Demikian pula suami dan seluruh keluarga besar pun menerima apa adanya. Bagaimana tidak? Bayi mungil ini adalah buah pengharapan tiga tahun lamanya. Sampai-sampai perempuan itu berikrar, apapun bentuknya, laki-laki atau perempuan, jika anak itu lahir, maka dialah yang akan disebut si bungsu. Tidak ada lagi hasrat untuk menggulir predikat bungsu itu daripadanya. Apalagi kali ini adalah laki-laki, kebalikan dari si sulung yang perempuan dan sudah tujuh tahun umurnya. Maka betapa bersyukurnya bayi laki-laki itu diharapkan, diterima, dicintai oleh keluarganya.

0 Kommentar:

Posting Komentar


 
Design by Tri | Worked by Nanang - Extream Solo Themes | Offline Project management