Cara
Pelurusan Tulang Paling Baru
Keceriaan
terpancar di wajah Stephanie Ganie. Gadis 17 tahun ini sekarang berani
mengenakan sepatu hak tinggi. Padahal, tujuh tahun silam, putri kedua Nyonya
Lestari Purnama itu sulit berjalan normal lantaran kakinya berbentuk O. Bila
sekarang bentuk kaki Stephanie normal, itu karena dia menjalani operasi bedah
tulang metode fitbone.
Kelainan bentuk
kaki Stephanie itu merupakan bawaan sejak lahir. Jarak antara kedua lututnya
lebih dari 12 cm. Padahal, normalnya di bawah 6 cm. ''Anak saya yang satu ini
terbilang sulit berjalan,'' kata Nyonya Lestari Purnama, yang dihubungi Gatra
via telepon, Kamis pekan lalu. Ia baru mengetahui kelainan bentuk kaki
Stephanie setelah putrinya itu berumur satu tahun.
Untuk menormalkan
bentuk kaki putrinya, Nyonya Lestari Purnama, yang tinggal di Jalan Danau
Singkarak, Medan, berkonsultasi pada sejumlah dokter di kotanya. Beberapa dokter
mengatakan, putrinya kekurangan asupan vitamin D. Stephanie pun diberi asupan
vitamin D dan melakukan kontrol ke dokter tiga bulan sekali. Namun bentuk kaki
Stephanie tak juga membaik.
Tak puas dengan
dokter di Medan, Nyonya Lestari Purnama pergi ke Singapura untuk berkonsultasi
pada sejumlah dokter yang berpraktek di rumah sakit terkenal. Diagnosisnya
sama, Stephanie kekurangan vitamin D. ''Saya hampir putus asa,'' ujar Nyonya
Lestari.
Setelah Stephanie
berumur delapan tahun, Nyonya Lestari berkonsultasi pada ahli bedah tulang
(ortopedi), Dokter Sarbijt Singh, yang berpraktek di sebuah rumah sakit di
Singapura. Dokter Singh minta Stephanie menjalani pemindaian tulang dengan
rontgen. ''Kata Singh, 80% kaki Stephanie bisa dinormalkan dengan operasi,''
kata Nyonya Lestari.
Selanjutnya,
tulang kaki Stephanie dioperasi oleh Dokter Singh dengan metode fitbone.
Operasi tahap pertama dilakukan ketika Stephanie berusia 11 tahun. Operasi ini
dilakukan dengan cara memotong bagian atas tulang paha hingga bagian bawah.
Pembedahan itu mengharuskan Stephanie mondok di rumah sakit. ''Selama tiga
bulan, Stephanie berjalan dengan bantuan kursi roda dan tongkat,'' tutur Nyonya
Lestari.
Kemudian
Stephanie menjalani operasi tahap kedua pada tulang betisnya. Tulang betis
Stephanie dipotong. Untuk memotong tulang betis itu, kata Nyonya Lestari,
Dokter Singh menggunakan metode ilizarov. Pemulihan pasca-operasi berlangsung
tujuh bulan. Dalam kurun waktu tersebut, Stephanie juga dibantu dengan kursi
roda dan tongkat.
Pembedahan ketiga
dijalani Stephanie pada Juni 2008 di rumah sakit lain di Singapura. Kali ini,
Dokter Singh melihat semua tulang baru sudah menyatu dan mengeras. ''Pen-pen
yang masih menempel dicabut semua,'' ujar Nyonya Lestari. Untuk semua operasi
tulang kaki putrinya itu, Nyonya Lestari mengeluarkan dana S$ 50.000.
Dua pekan silam,
Dokter Sarbijt Singh mempresentasikan metode bedah tulang fitbone itu kepada
wartawan dalam jumpa pers di Hotel Gran Mahakam, Kebayoran Baru, Jakarta
Selatan. ''Fitbone merupakan implan ortopedi pertama dan satu-satunya di dunia
yang dikendalikan dengan komputer," kata Dokter Singh. Ia menyatakan,
beberapa rumah sakit di sejumlah negara sudah menerapkan teknik itu.
Metode fitbone
dilakukan pertama kali di Singapura pada 2001. Metode ini diterapkan dengan
terlebih dahulu melakukan foto rontgen pada pasien. Ini untuk melihat bentuk
tulang yang akan diterapi dan ukuran rongga yang memungkinkan dimasukkannya
alat fitbone. Dari gambaran tadi bisa direka-reka panjang gagang baja yang akan
dimasukkan ke tubuh pasien di samping tulang.
Lalu dokter
membuat sayatan di lengan atau tulang paha. Sayatan itu digunakan untuk
memotong tulang. Kemudian alat berupa gagang dimasukkan. Selanjutnya dokter
menancapkan pen untuk menyangga alat itu di bagian atas dan bawah tulang.
Di bagian ujung
atas gagang tadi terpasang kabel dan pemancar yang ditaruh di bawah kulit. Lalu
ada kabel lagi yang menghubungkannya dengan sensor. Lewat sensor inilah, pasien
mengetahui pertumbuhan tulang barunya. Sedangkan gagang itu bekerja mendorong
tulang untuk segera menyatu. Bila tulang sudah menyatu, alarm akan berbunyi.
Menurut Singh,
metode fitbone sangat berguna untuk kelainan tulang bawaan atau kerusakan
tulang akibat kecelakaan. Kelainan bawaan, misalnya, penyakit kaki berbentuk O
dan X atau lantaran terinfeksi polio. ''Bisa pula untuk meninggikan kaki. Tapi
itu urusan bedah kosmetik,'' ujar Dokter Singh. Tinggi kaki maksimal yang bisa
dibantu dengan alat itu adalah 7 cm.
Pada masa
pertumbuhan, bayi berjalan dengan kaki berbentuk O atau X. Ini terjadi karena
jenis tulang bayi masih rawan dan berlangsung pada usia 0-2 tahun. Lalu, pada
umur 2-8 tahun, kaki anak akan berubah menjadi berbentuk X. Setelah itu, kaki
akan lurus dan normal. Namun, kalau jarak kedua lutut anak lebih dari 6 cm,
orangtua patut cemas. Sebab hal itu bisa menyebabkan kaki berbentuk O yang
sulit diperbaiki.
Singh menyatakan,
setelah dibedah, tulang pasien akan kembali normal. Meski demikian, tak semua
orang bisa menjalani metode fitbone. Hanya remaja berusia 16 tahun ke atas yang
kakinya boleh dibedah menggunakan metode ini. Sebab, pada usia tersebut,
lempeng pertumbuhan tulang sudah terbentuk. Penderita osteoporosis juga tak
bisa dioperasi dengan metode fitbone.
Ahli bedah tulang
pada Rumah Sakit Medistra, Jakarta, Dokter Nicolas C. Budhidharma, menyebut
fitbone sebagai metode bedah terbaru. Selama ini, operasi yang dilakukan di
Indonesia masih menggunakan metode ilizarov. Metode itu digunakan untuk
mengoreksi bentuk kaki yang tidak simetris atau dikenal dengan istilah
osteogenesis distraksi.
Caranya dengan melakukan pembukaan jaringan tulang
dari luar ke dalam. Efek sampingnya luka sayatan yang terjadi semakin lebih
besar dan pasien merasa tidak nyaman dengan keadaan tersebut. Hal ini harus
dilakukan secara hati-hati dan oleh para ahli, karena apabila terjadi sedikit
kekeliruan maka akan terjadi infeksi
0 Kommentar:
Posting Komentar